Bisnis ibarat menempatkan "Right men on the right place at the right time" dalam dunia sumber daya manusia. Bagaimana menempatkan orang yang tepat, pada posisi yang tepat dan tempat yang tepat. Bisnis tidak berbeda, hanya menggantikan men tersebut menjadi bisnis, kurang lebih bisnis yang baik adalah "right business in the right place at the right time".
Saat pertemuan variabel penting bisnis itu bertemu, konsep dan ide bisnis yang baik, di tempat yang tepat dalam hal ini ekosistem yang kondusif baik ekosistem internal maupun eksternal dan waktu yang tepat. Saat kebutuhan akan bisnis itu dimulai, saat teknologi sudah menyediakan jalannya dan memungkinkan konsep tersebut itu dieksekusi. Bisnis pasti melesat kencang.
Tanpa pertemuan dan harmoni variabel inti bisnis, pencapaian performa akan menjadi sangat sulit tercapai. Sebut beberapa tahun lalu, saat apple dinahkodai John Sculley, mantan CEO Pepsico membangun gadget baru yang bernama Newton. Saat ini kita tidak pernah mendengar gadget (PDA, Personal Digital Assistant) dengan stylus tersebut. Inovasi yang lahir pada jaman yang tidak tepat, dan tidak sesuai dengan kebutuhan, "needs" dari target market pada saat itu. Produk yang lahir sekian lama setelah pertikaian dengan Steve Jobs tersebut tidak berhasil.
Steve Jobs melihat produk Sculley tersebut kurang tepat dalam mengoptimalkan banyak potensi. Steve mengembangkan gadget tanpa stylus sebagai cikal bakal dari iPhone. Jobs lebih mementingkan gadget yang beroperasi tanpa stylus dan memanfaatkan jari sebagai kontrol utama. Steve melahirkan iPhone.
iPhone booming karena lahir dari kombinasi unik produk yang tepat, ekosistem mumpuni dan waktu yang pas. Lain cerita dengan bisnis dotcom pada awal 2000 yang mencapai 80% bangkrut di seluruh dunia. Gelombang suram ini juga menghampiri bisnis dotcom Indonesia, sebut saja portal Astaga, M-Web, Lippo e-Net. Penggerogotan modal (cash burning) yang terlalu tinggi salah satunya karna variabel waktu yang kurang tepat. Kebutuhan dan antusiasme pengguna masih rendah, edukasi membutuhkan biaya tinggi.
Banyak pelajaran yang bisa diambil dari bisnis lain diluar sana. Tujuannya untuk memahami dengan dalam apakah bisnis yang kita jalan kan sudah sesuai jalur untuk perkembangan yang berkesinambungan?. Apakah bisnis yang kita jalankan dapat mengatasi tekanan masa depan, persaingan dengan kompetitor, konsep yang kurang sesuai needs target market atau eksekusi yang kurang optimal karena ekosistem bisnis yang kurang sehat.
Variabel waktu untuk memulai sudah tepat, tinggal bagaimana produk yang tepat dapat menyelesaikan kebutuhan, dengan kata lain produk kita memberikan solusi yang tepat. Potensi saat ini luar biasa besar, inovasi jangan terlambat. Indonesia sudah memiliki setidaknya 12 unicorn saat ini, Gojek, Traveloka, Bukalapak, Ovo, Tiket, Xendit, Kopi Kenangan dan lainnya. Ciptakan "Aha" produknya, masuki dengan meluncurkan ke pasar, stabilkan atas beberapa ketidakteraturan, ekspansi, optimalkan, perluas pasar dan evolusi.
Libatkan sudut pandang eksternal dan internal untuk terbuka terhadap pemecahan masalah yang menghasilkan solusi. Lihat dalam kacamata yang lebih tinggi, seperti elang mencari mangsa dalam sudut pandang 360 derajat dan pandangan yang sangat fokus. Mungkin saja selama ini bisnis kita terlalu text-book hingga lupa kreativitas, atau bahkan terlalu kreatif hingga lupa dengan faktor operasional lain.
Temukan inovasi-inovasi kecil dalam setiap waktu, pelajari, implementasikan. Lakukan berulang dan bangun ekosistem internal yang kondusif, dengan orang-orang yang melahirkan inovasi tersebut dan jalankan dengan keterbukaan pikiran. Seringkali inovasi bukan menjadi hal penting, inovasi dikesampingkan karena upaya yang tidak mudah untuk mencapainya. Hal yang umum dalam perusahaan menengah hingga besar.
Jadikan inovasi sebagai adrenalin seperti perusahaan startup yang kecil, gesit dan terbuka dengan berbagai perubahan. Bangun bisnis dan produk tepat, ekosistem hangat dalam rentan waktu terbaik. Salam inovasi.
Inovasi Bisnis dan Perubahan Berkesinambungan